Tuesday, August 26, 2008

Harian Sinar Indonesia Baru » Blog Archive » Puluhan Mahasiswa Unjuk Rasa Tuntut BRR Nias Diaudit

Harian Sinar Indonesia Baru » Blog Archive » Puluhan Mahasiswa Unjuk Rasa Tuntut BRR Nias Diaudit

Gunungsitoli (SIB)Puluhan mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berunjuk rasa di kantor BRR Perwakilan Nias, Selasa (13/5) menuntut agar dana BRR diaudit sebab selama 3 tahun pelaksanaannya dinilai tidak sesuai dengan azas manfaat.Kepala Perwakilan BRR Nias William P. Sabandar yang menerima mahasiswa meminta agar diberikan kesempatan selama dua minggu untuk menyiapkan jawaban secara tertulis mengklarifikasi tudingan mahasiswa.Adapun peryataan dari GMNI-Nias, antara lain, audit publik BRR-Nias sebab sudah tiga tahun BRR melaksanakan tugasnya di Nias secara nyata memang terlihat pembangunan fisik di mana-mana, namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa terlalu banyak kejanggalan yang terjadi, yang memerlukan penanganan serius dari BRR-Nias itu sendiri, pemerintah, terlebih lagi pihak hukum sebab kejanggalan-kejanggalan ini terus-menerus dibiarkan dengan dalih bahwa rakyat Nias sudah menikmati hasil dari pekerjaan BRR.Menurut Pengunjukrasa, BRR di Nias sama sekali tidak profesional adalah fakta. Hal itu terlihat dari pembangunan yang sampai saat ini, BRR dinilai hanya mencoba menebak-nebak apa yang menjadi skala prioritas tanpa mengkaji faktor sosio kultural, sumber daya alam, sumber daya manusia dan faktor yang berpengaruh dalam perkembangan Nias ke depan. BRR hanya mengkambinghitamkan Bapenas tanpa ada kejelasan sudah sejauh mana dan kerjasama BRR bersama Bapenas.Lebih lanjut disebutkan, pembangunan yang tambal sulam dan tidak profesional terlihat jelas pada beberapa bukti nyata antara lain biaya operasional BRR yang nilainya sebanding bahkan hampir lebih besar daripada biaya pembangunan fisik. Ini menunjukkan anggaran BRR itu sendiri tidak direncanakan secara efektif dan efesiensi yang orientasinya menghambur-hamburkan uang rakyat. Hal ini terbukti dengan rapat-rapat BRR yang dilakukan di luar daerah dan bertempat di hotel-hotel mewah yang cukup memakan biaya besar.Dalam bulan ini saja BRR melakukan rapat koordinasi dengan berbagai elemen stakeholder di Medan bertempat di Hotel Grand Angkasa Medan dengan pembiayaan tidak realistis melihat kondisi Nias saat ini.Belum terselesaikannya jalan di Ring Rood keliling daerah Nias sebagaimana yang dijanjikan oleh William Sabandar Kepala BRR Perwakilan Nias, padahal masa tugas BRR Nias akan berakhir menjelang tahun 2009.Investasi penambahan instalasi listrik yang nilainya mencapai Rp42 miliar yang manfaatnya nihil karena tidak diimbangi dengan penambahan daya listrik. Seharusnya BRR melakukan investasi penambahan daya listrik bukan hanya pembangunan fisik saja.Pembagunan jalur evakuasi bencana alam yang belum tuntas di berbagai pelosok Nias, antara lain Gunungsitoli Desa Lasara Bahili, Desa Sisobahili belum juga kunjung direalisasikan pada hal jalur evakuasi ini sangat strategis untuk pengungsi bila terjadi gempa atau tsunami.Masih menurut pengunjukrasa, Satuan Anti Korupsi BRR Nias benar-benar mandul karena tidak berfungsi sebagaimana fungsinya sampai hari ini masyarakat tidak melihat manfaat dan terobosan yang dilakukan oleh satuan anti korupsi yang merupakan bagian dari BRR. Oleh karena itu sangat diharapkan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan membongkar berbagai kebobrokan di dalam tubuh BRR. Masalah dana sosial akhir-akhir ini di tengah-tengah masyarakat sangat rentang menimbulkan keresahan dan konflik sosial seakan-akan melempar bola panas, BRR tidak mempunya kriteria dan prosedural verifikasi yang jelas menyangkut orang-orang yang berhak menerima dana bantuan sosial Rp 2.500.000/kk.Menurut mereka, penunjukan paket kontrak tanpa melalui proses tender yang mana hal ini benar-benar melanggar ketentuan yang berlaku dan sudah menjadi bukti yang cukup kuat untuk mempidanakan BRR sendiri. Hal ini terjadi di banyak kasus BRR antara lain, PL 88 paket proyek di Nias selatan TA 2007 sampai saat ini belum diusut tuntas.GMNI-Nias menyerukan kepada seluruh rakyat untuk berani menyikapi hal ini bergerak dan beraksi agar rehabilitasi dan rekonstruksi yang diamanatkan negara untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Nias tidak hanya memuaskan segelintir orang yang menuai rezeki di atas penderitaan bencana alam Nias.Setelah menyerahkan peryataan tersebut, GMNI meminta BRR tidak hanya janji ke janji tapi benar-benar bertindak terhadap penyelewengan dana-dana yang tidak jelas sasarannya termasuk masyarakat yang menerima bantuan perumahan tidak sesuai dengan sasaran. (T15/y)

Kompas.Com - Rumah.roboh.di.nias.baru.setahun.dibangun

Kompas.Com - Rumah.roboh.di.nias.baru.setahun.dibangun

Laporan Wartawan Persda Network, Domuara Ambarita
JAKARTA, RABU - Tiga rumah di asrama Komando Distrik Militir (Kodim) 0213/Nias yang roboh mengakibatkan seorang korban tewas merupakan bangunan baru. Bangunan itu dikerjakan tahun 2006 atas biaya dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias. Namun bangunannya rapuh karena diduga pengerjaannya menyalahi standar konstruksi.

"Rumah ini sebenarnya masih baru, dibangun tahun 2006 dari dana BRR yang dilaksanakan dan diawasi sendiri oleh Kodim Nias. Mungkin ada kesalahan konstruksi sehingga daya mudah roboh kalu kena gempa," ujar Manajer Komunikasi dan Informasi Publik Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias, Emanuel Migo, dihubungi dari Jakarta, Rabu (23/1).

Migo menerangkan di asrama Kodim ini dibangun 10 kopple bangunan, yang terdiri atas 20 unit rumah/pintu. Konstruksi atapnya dibuat dari kerangka besi, dan sebagai pemisah dibuat tembok dari bata.

Komandan Distrik Militer (Dandim) 0213/Nias Letkol CZI Ferry K Arubinata dihubungi via telepon seluler dari Jakarta mengakui terjadi kerusakan pada tiga rumah. Dia menyebutnya rusak ringan, tembok dalamnya dan tembok penahan kuda-kuda roboh.

Lekot Ferry mengakui, pembangunan rumah-rumah itu didanai BRR. Dia pun mengakui kemungkinan ada kesalahan konstruksi, tetapi bukan hal itu sepenuhnya penyebab utama bangunan tidak tahan gempa.

"Faktor konstruksi mungkin juga ada, tapi tidak seluruhnya. Kesalahan kontruksi mungkin terjadi, tetapi tidak sampai menyalahi tender, mungkin ada curi-curi semen. Tapi menurut saya bukan karena kesalahan konstruksi saja, mungkin karena tanahnya dekat sekali dengan tepi laut jadi tanahnya labil," ujar Letkol Ferry.

Kompas.Com - Seorang.bocah.tewas.dalam.gempa.nias

Kompas.Com - Seorang.bocah.tewas.dalam.gempa.nias

Rabu, 23 Januari 2008 11:45 WIB
Laporan Wartawan Kompas, Aufrida Wismi Warastri
MEDAN, RABU - Seorang bocah tewas dalam bencana gempa 6,2 skala richter yang mengguncang Nias, Rabu (23/1) dinihari. Sementara dua orang lainnya mengalami luka berat dan dua lagi luka ringan. Data ini diungkapkan Emanuel Migo, dari Divisi Komunikasi Badan Rehabilitasi dan Rekostruksi (BRR) Nias, saat dihubungi Kompas, Rabu siang.

Emanuel menjelaskan seluruh korban ditemukan pada satu titik di lokasi gempa di asrama/perumahan Komando Daerah Militer Nias. Korban tewas dan terluka akibat tertimpa reruntuhan tembok dan kayu kuda-kuda bangunan rumah yang berbentuk kopel. Ada tiga unit rumah kopel yang mengalami kerusakan di daerah ini.

Bangunan di kompleks ini dibangun dengan dana BRR yang dilaksanakan dan diawasi sendiri oleh pihak Kodim Nias dengan peruntukan sebagai rumah tinggal dan kompleks perkantoran TNI. Sejauh ini, belum ada laporan menganai kerusakan lebih lanjut dari gempa ini.

Berdasarkan data BMG, episentrum gempa berada di pantai dekat Nias, sekitar 170 kilometer dari Kota Sibolga. Menurut keterangan ahli meteorologi dari Amerika Serikat, gempa yang terjadi pada pukul 12.14 itu berada di kedalaman 12,8 kilometer. (GLO)

Kompas.Com - Gempa.62.skala.richter.goncang.nias

Kompas.Com - Gempa.62.skala.richter.goncang.nias

Gempa 6,2 Skala Richter Goncang Nias

KOMPAS/DANU KUSWORO, GRAFIS: FIA
Rabu, 23 Januari 2008 01:47 WIB
NIAS, RABU - Gempa besar berkekuatan 6,2 skala Richter menggoncang Nias, Rabu (23/1) dini hari. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda akan terjadi tsunami.

Episentrum gempa berada di pantai dekat Nias, sekitar 170 kilometer dari Kota Sibolga. Menurut keterangan ahli meteorologi dari Amerika Serikat, gempa yang terjadi pada pukul 12.14 itu berada di kedalaman 12,8 kilometer.

Belum ada laporan resmi tentang akibat gempa tersebut. Sementara menurut Pusat Tsunami Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii, belum terindikasi adanya tanda-tanda bakal tsunami.

Indonesia memang berada di lokasi yang disebut Ring of Fire, atau tempat bertemunya lempengan benua. Sehingga aktivitas seismik dan volkanik sangat sering terjadi.

Gempa menjadi trauma besar bagi warga Nias. Pada tahun 2005, pulau itu digoncang gempa berkekuatan 8,2 skala richter yang menewaskan 850 orang dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.

Sebelumnya, Desember 2004, gempa juga meluluhlantakkan Aceh. Bahkan, gempa itu juga disertai tsunami besar yang menewaskan sekitar 168.000 orang.

Pada 27 Mei 2006, gantian wilayah Bantul, Jogjakarta yang dihajar gempa berkekuatan 5,8 skala richter. Gempa tersebut menewaskan sekitar 5000 orang. (AFP/HPR)

Tujuh Instruksi Kepala BRR Nias

Kompas.Com -

Rabu, 23 Januari 2008 14:23 WIB
Laporan Wartawan Persda Network, Domuara Ambarita

JAKARTA, RABU - Pascagempa yang mengguncang Gunungsitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara, Rabu (23/1) dinihari tadi, KepalaBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias William Sabandar mengeluarkan tujuh instruksi sebagai langkah-langkah prioritas penanggulangan situasi.

"Langkah-langkah ini harus kita lakukan segera dalam penanganan pascagempa Nias tadi pagi," ujar William Sabandar dalam pernyataan tertulis yang disampaikan kepada Persda Network. Instruksi ini disampaikan kepada semua staf BRR perwakilan Nias.

Ketujuh instruksi itu adalah:
1. Berikan bantuan/ucapan belasungkawa kepada keluarga korban
2. Segera turunkan tim teknis untuk memeriksa konstruksi dari seluruh unit di asrama Kodim Nias, sebab kelihatannya itu kesalahan konstruksi tembok pembatas
3. Koordinasikan dengan Dandim jika ada bangunan lain yang tidak aman, maka segera evakuasi warga asrama ke tempat aman
4. Siapkan rencana perbaikan konstruksi hari ini juga
5. Anggaran perbaikan ambil dari anggaran bantuan langsung masyarakat (BLM) perumahan kita
6. Segera setelah kondisi memungkinkan minggu ini, turunkan tim teknis untuk melakukan rehab pada rumah-rumah tersebut, termasuk rumah-rumah yang tidak layak konstruksi. Pengawasan teknis oleh kita, tenaga pelaksana dari TNI/Kodim
7. Pelaksanaan dikoordinasikan dengan Dandim Nias.

ANTARA :: Aceh-Nias BRR to hand assets worth Rp500 billion to Nias district govt

ANTARA :: Aceh-Nias BRR to hand assets worth Rp500 billion to Nias district govt

Medan, W Java (ANTARA News) - The Aceh and Nias Rehabilitation and Reconstruction Agency (BRR) and eight donor agencies will hand reconstruction assets worth Rp500.367 billion to the Nias and South Nias district administrations in North Sumatra province and four central government institutions.

The head of the BRR office in Nias, William P. Sabandar, said in a statement made available here on Monday, the assets would be handed at a function to be held in Gunung Sitoli, Nias, on Friday.

"All the assets are in ready-to-function condition and are part of the BRR`s commitment to the rehabilitation and reconstruction of Nias following the quake that hit the region three years ago," he said.

Among the BRR`s partners in the rehabilitation and reconstruction work were United Nations Development Program (UNDP), International Labor Organization (ILO), United Nations Children`s Fund (Unicef), World Vision Indonesia (WVI), The Johanniter, Mercy Malaysia and Hallcrow.

The cooperation and facilitating work carried out by BRR during the reconstruction in Nias along with 25 donor countries and more than 80 international and national donor institutions for the past three years had brought real results both in mitigatting the people`s plight following the disaster and laid a better foundation for development in Nias and South Nias," he said.

In a bid to encourage long-term commitment to sustainable development, on the handing over ceremony BRR Nias would also invite donor countries and institutions to observe directly the progress of the reconstruction and rehabilitation works.

He added the assets` handing this week would be the third, adding the total assets ready to be used had a total value of Rp1 trillion.

The total asset, he added, did not include assistance channeled directly to the people, including health, education and housing units.

Home Affairs Minister Mardiyanto and Trade Minister Mari Elka Pengestu would attend the ceremony and symbolically had the building housing the Nias district chief`s office and the Ya`ahowu modern marker to the Nias district administration.

The function would be led by the head of the Aceh-Nias BRR Kuntoro Mangkusubroto, he added.(*)

COPYRIGHT © 2008 ANTARA

PubDate: 05/12/08 22:01

BRR to focus on Nias, wind up work by 2009

ReliefWeb » Document » Indonesia: BRR to focus on Nias, wind up work by 2009

The Jakarta Post, Jakarta
The Aceh-Nias Rehabilitation and Reconstruction Agency (BRR) wants to wrap up its additional Nias earthquake plan by 2009, despite the Nias administration asserting the work should continue through to 2011.
A BRR official said Monday in Jakarta that the previous rehabilitation and reconstruction plan had not taken into consideration the damage from the May 2005 earthquake that killed almost 1,000 people.
"The action plan is designed to evaluate the two-year post-tsunami program and initiate the two-year program that will culminate in 2009, as well as accommodate an additional exit strategy," said William Sabandar, the head of BRR's Nias office.
He said reconstruction work in Nias was nearly 40 percent complete and should be finished by April 2009.
William was speaking Monday at a seminar on BRR's Nias action plan. The 2007 plan will focus more on the development of electrical and telecommunications infrastructure, housing, social institutions and on making the economy more competitive.
The BRR will begin transferring responsibility for the development plan to the local administration next year, with the expectation that Nias officials will be able to handle any future disasters.
"The transition will initiate in 2008 and must be finished by 2009," William said, adding that BRR's "exit transfer" is non-negotiable.
The Nias administration and the BRR established a joint-secretariat for the exit transfer back in May 2006. The BRR was created to function as a facilitator to coordinate planning, programming and evaluation and to manage information and data in accordance with the rehabilitation and reconstruction program. It also works to strengthen the stakeholders' relationships and promote good governance.
"The joint-secretariat is expected to take over all of BRR's programs," William said.
He said that starting this year, every plan would be derived from the secretariat.
With the livelihoods of thousands hinging on success or failure, it is hoped an efficient, successful partnership can be developed between the BRR and the local administration.
William said the BRR would begin cutting back on its personnel starting next year because of a dwindling budget, and that the agency was focused on completing its work based on the action plan program.
Meanwhile, Nias Vice Regent Temazaro Harefa said the BRR would have to extend its plan to 2011 because the rehabilitation and reconstruction program seems unlikely to be completed within the next two years.
He said the program had not been optimal and that the people of Nias are unhappy about its progress.
The head of the South Nias Development Planning Agency, Herman Laia, said the BRR needed to increase security and defense in Nias's outer islands and develop the fishery and tourism potentials around the islands.
According to 2007 data from the National Development Planning Board (Bappenas), total losses in Nias are estimated at Rp 6 trillion (US$682 million).
William said the BRR had received Rp 2.5 trillion from the national budget and Rp 2 trillion from the Multi-Donor Fund, United Nation agencies, the Asian Development Bank, the World Bank, the International Red Cross and Oxfam.
The BRR plans to ask the Indonesian government and donors to provide the remaining Rp 1.5 trillion.
By February 2007, the BRR had constructed 9,000 houses, relaid 200 kilometers of roads, rebuilt 70 bridges and a number of irrigation networks and also repaired about 300 fishing boats.
The island needs an additional 15,000 new houses, as well as repairs to 45,000 damaged homes and buildings. (08)

BRR appoints head of Nias and Jakarta office

ReliefWeb » Document » Indonesia: BRR appoints head of Nias and Jakarta office

Banda Aceh, Indonesia-Relief -- William Sabandar has been appointed BRR’s head of Nias office to ensure the reconstruction process on Nias Island proceeds smoothly. William is working with several other BRR staff, who set up the base in Nias a month earlier, said BRR's latest update. Last week in a seminar in Jakarta, Heru Prasety introduced himself as BRR's head of Jakarta office, as well as director for International and Donors relation.

William Sabandar is a PhD in Transport Development and Rural Economics with 10 years experience as a transport planner in eastern Indonesia. He worked as Head of the Transport Planning Section in the Public Works Bureau of Maluku province for almost 3 years and was also Project Manager of Planning and Supervision of Road Development, and Planning Assistant of the Project of Planning and Supervision of Road Development in the same province. In the 1990’s, he also lectured at the Christian University of Maluku, Indonesia.

William is also active in several professional organizations. He is a member of the International Forum for Rural Transport and Development (IFRTD) and the Indonesian Road Development Association (HPJI).

Speaking of his new responsibilities, William said, ''The process of setting up the base in Nias is going well. The commitment and spirit that drive this team in this humanitarian mission have balanced any technical constraints we are facing.''

The local government and several NGOs, both local and international, have assisted the BRR Nias team. The District Head of Nias, Binahati Baeha, has provided the team with temporary accommodation in his Pendopo (hall), and has allowed them to use it as a meeting room. HELP, a German NGO, has lent them a vehicle, while UN OCHA has provided them with a space for coordination with other organizations. Air Putih organization has assisted with the internet connection.

In regards to coordination, William said, ''Since the first day, I have seen that coordination is and will continue to be a central issue in the process of the rehabilitation and reconstruction of Nias. The central, provincial and local governments, BRR, international agencies, and international and local NGOs are engaged in the process. BRR in Nias needs to work with all the parties mentioned above. In addition, the people of Nias, who are organized through village organizations, religious institutions, cultural entities and other forms of civil societies should not be overlooked in the coordination process.''

William commented, ''There is a need to speed up the reconstruction for strategic roads and main ports. More importantly, supply chains need to be strategically designed to avoid bottlenecks during the reconstruction and rehabilitation process.'' © nas