Wednesday, July 19, 2006

Nasib Durian NIAS

Source: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0607/18/ipt03.html

Durian Nias Bisa Jadi Tumbuhan Langka

Nias – Daging buah yang tebal dan manis merupakan ciri khas Durian Nias. Memang dari segi rasa, menurut penggemarnya, Durian Nias memiliki kekhasan tersendiri yang tiada duanya. Tapi kini musim durian di Nias tak lagi melimpah-ruah seperti dahulu. Pasca gempa bumi 28 Maret 2005, kayu pohon durian menjadi komoditi yang diburu kontraktor bangunan, membuat buah durian pun berkurang. Kalau dulu cuma berkisar Rp 200.000 per kubik, kini harga kayu pohon durian melonjak 3-4 kali lipat, bahkan lebih. Kayu pohon durian menjadi pilihan, setelah kebutuhan dan harga kayu meroket, menyusul pembangunan pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Nias. Agence d’Aide a la Cooperation Technique Et au Developpment (ACTED) dari Prancis misalnya, menyandarkan kebutuhan 320 unit rumah menggunakan kayu lokal dari 520 unit rumah bantuan mereka. Dari 320 unit tadi, 80 persennya menggunakan kayu pohon durian yang telah berumur 15-20 tahun. Kalau satu unit rumah panggung membutuhkan sekitar enam kubik kayu, bisa dibayangkan berapa banyak pohon durian yang telah ditebang untuk menjadi bahan bangunan. Buletin Fatuhe di Nias melaporkan telah terjadi penebangan pohon durian hampir merata di Desa Hiliduho, Gada, Nias Tengah, Bawolato, Nias Utara dan beberapa tempat lain. Bahkan penebangan berlebihan ini sudah mengarah pada penggundulan hutan, tanpa penanaman kembali. Padahal tahun 2002 Kecamatan Gomo di Nias Selatan pernah dilanda banjir bandang gara-gara penggundulan hutan. Pembalakan LiarTentu bukan cuma kayu pohon durian yang menjadi perburuan, tapi semua jenis kayu berkualitas untuk bahan bangunan. Untuk rumah saja, tidak kurang 15.000 unit yang harus dibangun kembali di Nias. Itu belum termasuk sekolah, jembatan dan berbagai bangunan lain yang juga membutuhkan kayu untuk pembangunannya.Asisten Khusus Penasihat Perencanaan Kota Perwakilan BRR Nias, Tjokorda Nirarta Samadhi mengakui hal itu. Ia menyebutkan kebutuhan kayu di Nias saat ini tidak kurang dari 14.800 kubik. “BRR akan mencoba mendapatkan kayu well treated dari Kanada. Mereka cuma membutuhkan waktu dua minggu untuk memotong dan sekitar dua bulan untuk pengapalan,” kata Nirarta ketika menerima wartawan dari Jakarta di kantor BRR, Gunung Sitoli, beberapa waktu lalu. Ia berharap impor kayu dari Kanada itu akan menekan pemburuan kayu lokal, baik di Nias maupun di wilayah lain Indonesia. (mega christina)

Copyright © Sinar Harapan 2003

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home